PENDIDIKAN KARAKTER ISLAM
A. Pendidikan Karakter Islam
Sebelum kita
membahas mengenai pendidikan karakter ada baiknya kita mengetahui apa itu
pendidikan dan apa itu karakter. Setelah kita mengetahui makna kedua kata tersebut
kita akan dapat memahami apa yang dimaksud dengan pendidikn karakter tersebut.
Kata
pendidikan dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama paedagoso yang
berarti penuntun anak. Dalam bahasa Romawi dikenal dengan aducare artinya
membawa keluar. Bahasa belanda menyebutkan istilah pendidikan dengan nama opvoeden
yang berarti membesarkan atau mendewasakan. Dalam bahasa Inggris disebut dengan
istilah aducate/aducating yang berarti to give intellectual training
artinya menanamkan moral dan melatih intelektual (http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/10770014-sholikah.ps
diakses 19 maret 2013 pkl. 21.41).
Sementara
dalam pandangan Islam, pendidikan dalam bahasa arab bisa disebut dengan istilah
tarbiyah yang berasal dari kata kerja rabba, sedangkan pengajaran
dalam bahasa arab disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata kerja ‘allama.
Pendidikan Islam sama dengan Tarbiyah Islamiyah. Kata rabba
beserta cabangnya banyak dijumpai dalam al-Quran, misalnya dalam Q.S. al-Isra’
[17]: 24 dan Q.S. asy-Syu’ara’ [26]: 18, sedangkan kata ‘allama antara
lain terdapat dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 31 dan Q.S. an-Naml [27]: 16. Tarbiyah
sering juga disebut ta’dib seperti sabda Nabi SAW.: addabani rabbi fa
absana ta’dibi (Tuhanku telah mendidikku, maka aku menyempurnakan pendidikannya)
(Moh. Roqib,2009:14).
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. (UU SisDikNas, BAB I : pasal 1 ayat 1).
Pendidikan
dalam pengertian secara umum dapat diartikan sebagai proses transmisi
pengetahuan dari satu orang kepada orang lainnya atau dari satu generasi ke
generasi lainnya semua itu dapat berlangsung seumur hidup, selama manusia masih
berada di muka bumi ini.
Selain
pengertian di atas ada beberapa pengertian mengenai pendidikan sebagai berikut
(Hamdani Hamid,2010:23) :
1)
Pengertian
dalam arti sempit ialah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak
atau remaja yang diserahkan kepadanya, agar mempunyai kemampuan yang sempurna
dan kesadaran penuh tentang hubungan-hubungan dan tugas sosial.
2)
Pengertian
dalam arti agak luas ialah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat
dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang
berlangsung disekolah dan luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik agar
dapat memainkan peranan secara tepat dalam berbagai lingkungan hidup.
3)
Pengertian
dalam arti sangat luas ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup.
Sementara
itu penulis Barat seperti John Dewey sebagaimana dikutip Moh. Haitami Salim dan
Erwin Mahrus (2012:9), menyatakan pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam sesama
manusia.
Dari
beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana yang dilakuan oleh pendidik kepada perserta didik
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara dengan cara
pemebelajaran, bimbingan, pelatihan dan semua itu berlangsung seumur hidup.
Dari
pengertian di atas, jelas sekali bahwa pendidikan tidak hanya bertitik berat
pada kecerdasan intelektual saja melainkan juga pembentukan karakter anak.
Pendidikan tidak hanya sekedar proses belajar guna mengejar kecerdasan tetapi
juga harus mengembangkan potensi lain yang dimiliki peserta didik dan mendapat
perhatian dari pendidik agar dapat berkembang secara optimal.
Sementara itu definisi karakter dalam prinsip etimologis, kata karakter (Inggris: character)
berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Marzuki,tth:4). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI. 2012), kata “karakter”
diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain dan watak.
Dalam pusat bahasa Depdiknas (2008:682) sebagaimana dikutip Marzuki (tth:4), karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.
Orang
berkarakter
berarti orang yang
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak.
Dengan
demikian karakter juga dapat diartikan sebagai kepribadian atau akhalak.
Kepribadian merupakan ciri, karakteristik atau sifat khas dalam diri seseorang.
Karakter bisa terbentuk melalui lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada
masa kecil ataupun bawaan dari lahir. Ada yang berpendapat baik dan buruknya
karakter manusia memanglah bawaan dari lahir. Jika jiwa bawaannya baik, maka
manusia itu akan berkarakter baik. Tetapi pendapat itu bisa saja salah. Jika
pendapat itu benar, maka pendidikan karakter tidak ada gunanya, karena tidak
akan mungkin merubah karakter orang.
Sementara
itu, ada juga yang berpendapat karakter itu bisa dibentuk dan diupayakan. Dalam
pendapat ini mengandung makna bahwa pendidikan karakter sangat berguna untuk
merubah manusia menjadi manusia yang berkarakter baik.
Sebenarnya
karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat, yang bermaknakan perangai atau
perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan atau bisa diartikan sebagai
watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah
laku atau kepribadian.
Orang yang
berlaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter
jelek, sementara orang yang berperilaku jujur dan suka menolong dikatakan
sebagai orang yang berkarakter mulia (Amirulloh Syarbini,2012:15). Dalam
al-Quran, manusia adalah makhluk dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar
manusia mempunyai dua karakter yang saling berlawanan, yaitu karakter baik dan
buruk. Sebagaimana firman Allah dalam surat asy-Syam ayat 8-10.
B. Prinsip Pendidikan Karakter Islam
Perilaku
negatif para siswa sekarang menuntut pendidikan untuk lebih memperhatikan
mereka, apakah murid yang tawuran itu ingin menunjukkan jati dirinya sebagai
manusia dan karena tidak tahu bagaimana cara menarik perhatian orang lain,
akhirnya menempuh cara instan dengan melakukan tawuran. Coba kita cari akar
permasalahan dari setiap kegiatan peserta didik tersebut lalu mencari
solusinya, agar mereka mencari perhatian dari prestasi diri dan prestasi
kegiatan yang mereka ikuti.
Untuk
memiliki siswa dan peserta yang mempunyai karakter yang baik, atau dalam agama
islam biasa disebut dengan akhlaqul karimah tidak bisa dilihat hasilnya secara
langsung. Penerapan pendidikan karakter membutuhkan pembiasaan dan suri
tauladan dari orang tua, guru, masyarakat. Pendidikan karakter islami harus
memenuhi prinsip-prinsip islam dalam penerapannya, Lalu apa prinsip pendidikan
karakter Islami ?
1) Percaya
Kepada Allah SWT
Kepercayaan kepada allah harus
ditanamkan ke dalam sanubari setiap peserta didik, bahwa Allah SWT selalu
mengawasi setiap langkah kita dan Dia akan memberikan balasan dari setiap
pekerjaan manusia. Barang siapa yang berbuat kebaikan akan mendapatkan surga
dan barang siapa yang akan melakukan kejahatan akan dimasukkan ke dalam surga. Apabila
setiap peserta didik sudah merasa diawasi oleh Allah SWT dalam setiap
langkahnya, maka ia tidak akan berbuat perbuatan negatif karena takut hukuman
dari Allah SWT walaupun tidak ada manusia yang tahu. Agama Islam menuntun
manusia untuk menuju keridhoan Allah SWT. "Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia kecuali untuk beribada kepada-Ku" (Q.S.
Al-Dzaariyaat: 56).
2) Memperhatikan
Perkembangan Akal Manusia
Pelaksanaan dan penerapan
pendidikan karakter akan berkurang nilainya apabila peserta didik tidak
mengetahui kenapa sholat harus dilakukan dan mengapa mencuri itu dilarang kalau
tidak memahami dan manfaat perintah dan larangan tersebut. "Maka
hendaklah manusia memperhatikan dari apa yang Dia ciptakan" (Q.S.
Ath-Thoriq : 5. Ayat tersebut memerintah manusia untuk selalu menggunakan akal
fikirannya untuk berfikir bukan ? Untuk menumbuhkan dan merangsang peserta
didik, seorang pendidik harus cerdas. Bagaimana pendidik bisa memancing sifat
kritis peserta didik, kalau dia sendiri tidak tahu apa-apa.
3) Memperhatikan
Perkembangan Emosi Peserta Didik
Selain memperhatikan
kecerdasan akal dalam memahami manfaat dari setiap pekerjaan, seorang pendidik
harus memahami emosi siswa. Pendidikan karakter yang baik memperhatikan
pendidikan emosi, yaitu bagaimana melatih emosi anak agar dapat berperilaku
baik. Penelitian menuntukkan bahwa program pendidikan karakter yang efektif
harus diserta dengan pendidikan emosi (Elias dkk, 2008;Kessler&Fink, 2008).
Pembangunan kecerdasan emosi sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam hadits
qudsi yang artinya "Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal,
Aku mendekatinya sehasta. Jika ia mendekati-Ku sehasta, Aku mendekatinya
sedepa. Jika ia mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan
berlari". (Shahih Bukhari).
4) Pendidikan
dengan Keteladanan dan Pembiasaan
Hidup dalam masyarakat yang
menerapkan syariat islam merupakan langkah pendidikan keteladanan dan
pembiasaan karakter terbaik. Pendidikan karakter islam dapat menilik dan
melihat kehidupan Rasulullah SAW. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT "Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu(yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah". (Q.S. Al-Ahzab :21).
5) Menempatkan
Nilai Sesuai Prioritas
Dalam islam dikenal dengan
prioritas hukum. Prioritas hukum terbagi dalam 5 (Lima) kategori yaitu : Wajib,
Sunnah, Mubah, Makruh, dan Haram.
Seorang pendidik harus selalu
mengkomunikasikan setiap disiplin yang hendak dijalankannya dengan peserta
didik (Siswa) dan orang tua murid sehingga setiap aturan sekolah dapat dipahami
oleh semua warga sekolah.
Itulah prinsip pendidikan
karakter islam dalam pandangan penulis untuk mewujudkan pendidikan sekolah
lebih memperhatikan masalah keagamaan dan melandaskan setiap aturan dalam
sekolah sesuai syariat islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar